Rabu, Oktober 26, 2011

Tingkatan dalam Mengingkari Kemungkaran


            Agama islam merupakan agama yang sangat sempurna, semua permasalahan-permasalahan manusia telah dijelaskan di dalam islam, dari perkara yang terkecil terlebih lagi perkara besar. Termasuk urusan yang ada serta disebutkan tentang tata caranya adalah tentang permasalahan Ingkarul munkar, mengingkari suatu kemungkaran. Maka di dalam mengingkari kemungkaran terdapat beberapa marotib atau tingkatan-tingkatan dalam menyampaikannya, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً، فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
"Barangsiapa menyaksikan suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila dia tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu juga maka wajib mengingkari dengan hatinya dan ini merupakan selemah-lemahnya iman (HR. Muslim)
            Dalam hadits ini Rasulullah  menjelaskan tentang tiga tingkatan dalam tata cara mengingkari kemungkaran:

Pertama: Rasulullah  menyatakan:
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
"Hendaklah ia mengingkari atau merubah dengan tangannya"
            Ingkarul munkarبِاْليَدِ– dengan menggunakan tangan, ini bukan dibebankan kepada setiap orang tetapi mengingkari kemungkaran dengan menggunakan tangan ini  merupakan taklif atau pembebanan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan atau seorang yang memiliki kekuasaan. Tapi di sini jangan dipahami bahwasannya kita mentakwil dengan kekuasaan, tidak! Tapi gholibnya atau umumnya mengingkari kemungkaran dengan tangan yang memiliki kemampuan ini adalah penguasa.
Seorang Presiden atau Gubernur, Bupati atau semisalnya, maka dengan kekuasaannya itu dia mampu mengingkari kemungkaran dengan tangannya, dan itupun kembali kepada kaidah 'kalau hal itu membawa mashlahat'. Dan pada umumnya kalau penguasa mengingkari kemungkaran dengan tangannya akan membawa maslahat kebaikan karena memang kekuasaan ada pada dirinya.
Misalkan pemerintah membuat suatu peraturan bahwasannya toko-toko dilarang menjual minuman keras atau menutup pabrik minuman keras dengan tegas, maka ini akan bermanfaat besar bagi kaum muslimin atau rakyatnya secara umum. Dan yang sekarang besar-besaran dilakukan pemerintah yaitu memberantas narkoba, maka hasil yang didapat dari izalatul munkar atau menghilangkan kemungkaran ini tadi betul-betul dirasakan oleh kaum muslimin atau rakyatnya secara umum.
Ini yang pertama, kemudian yang

Kedua: Nabi r menyatakan:
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ
Jikalau dia tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan lisannya"
            Dijelaskan juga: Adapun mengingkari kemungkaran dengan lisan, inipun tidak setiap orang mampu melaksanakannya. Jadi dengan syarat, harus mengetahui betul bahwa kemungkaran itu benar-benar telah terjadi dan dia mengetahui bahwa perkara tersebut benar-benar perkara yang mungkar, baru kemudian dia ingkari dengan lisannya, kalau dia tidak mampu mengubah kemungkaran itu tadi dengan tangannya.
            Allah membebankan ingkarul mungkar dengan menggunakan lisan ini adalah untuk orang-orang yang diberi ilmu dan hikmah oleh Allah ta’ala, bukan untuk semua orang. Kenapa? Karena seorang yang melakukan ingkarul munkar atau izalatul mungkar dengan menggunakan lisan tapi dia tidak memiliki ilmu terhadap hal-hal yang hendak ia ingkari, biasanya kerusakannya akan lebih besar daripada maslahatnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seorang pejuang islam yang telah menggunakan lisannya untuk berdakwah dan telah mengerahkan tenaga dan tangannya untuk berjihad terlebih lagi dengan hatinya dalam kisahnya yang masyhur dengan tentara Tartar, tentara kafir. Diceritakan pada suatu hari beliau bersama murid-muridnya berjalan lalu menjumpai tentara Tartar sedang mabuk-mabukan. Kemudian beliaupun berjalan begitu saja, tidak menegur dengan sepatah katapun. Maka ada salah seorang muridnya bertanya: Wahai Tuan Guru ! Kenapa engkau tidak mengingkari mereka, padahal jelas-jelas mereka melakukan kemungkaran di hadapan kita? Apa jawab Syaikh ?
Beliau mengatakan: "Kalau mereka mabuk-mabukan seperti itu kemungkaran hanya terbatas pada diri mereka saja dan mereka sajalah yang mabuk, tapi kalau kita ingkari kemungkarannya, mereka akan meningkatkan kemungkaran mereka tersebut, mereka akan marah, lalu memerangi kaum muslimin dan menyebabkan tertumpahkan darah kaum muslimin. Karena memang pada waktu itu sedang terjadi peperangan dengan kaum muslimin.
            Ini merupakan sikap hikmah, ketika Syaikhul Islam meninggalkan mengingkari kemungkaran karena menurut pertimbangannya kalau diingkari justru akan terjadi madharat dan bahaya yang lebih besar, yaitu apa? Tertumpahkannya darah kaum muslimin.
            Dalam kesempatan lain Syaikhul Islam juga pernah berkata dan ini perlu dicatat dengan tinta emas : "Hendaklah ingkarmu terhadap kemungkaran bukan dengan cara yang mungkar. Jadi, hendaklah engkau memerintahkan yang makruf dengan cara yang makruf dan engkau mengingkari kemungkaran bukan dengan cara yang mungkar".
Kemudian yang
Ketiga: Rasulullah menyatakan:
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
"Dan jika tidak mampu juga maka wajib mengingkari dengan hatinya"
            Adapun mengingkari kemungkaran atau kebid'ahan dengan hati, dijelaskan bahwa itu mampu dilakukan setiap muslim, tidak boleh berudzur setiap muslim darinya. Kenapa? Karena masing-masing manusia telah Allah bekali dengan hati dan hati itu tempatnya di dalam tak ada seorangpun yang tahu.
            Pengingkaran dengan hati ini yaitu dilakukan dengan baro'ah (berlepas diri), tidak bersekutu, tidak berkumpul dengan pelakunya yaitu pelaku kemungkaran.
            Kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya di atas: 

وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
"Ini merupakan selemah-lemahnya iman"
            Dikatakan oleh Imam An Nawawiy: "Selemah-lemah iman di sini maksudnya adalah sedikit sekali nampak buahnya. Dan pengingkaran dengan hati ini bukan berarti itu adalah keimanan yang paling lemah, tidak! Karena kadang-kadang memang kita tidak mampu mengingkari dengan tangan, tidak mampu mengingkari dengan lisan tapi wajib kita mengingkari dengan hati.

Realita Ingkarul Munkar zaman sekarang
            Bila kita melihat sekarang ini, banyak sekali fitnah yang terjadi disebabkan seorang berupaya ingkarul mungkar sedang ia tidak memahami tingkatan yang semestinya dia lakukan, sehingga seharusnya yang ia mampu hanya mengingkari kemungkaran dengan hatinya, tapi dia berupaya mengingkari dengan lisannya. Sehingga kadang-kadang ketika terjadi perdebatan dengan para pelaku kemungkaran, karena kepepet tidak punya ilmu, tidak punya bahan untuk menjelaskan akhirnya ia memeras pikirannya, menguras perasaannya lalu semau-maunya yang penting menang. Maka dia telah terperosok ke dalam kemungkaran yang lebih besar.
            Dan juga banyak kita jumpai sekelompok orang yang mungkin baru bisa mengingkari kemungkaran dengan hatinya atau maksimal dengan lisannya, tapi mereka berusaha ingkarul mungkar dengan tangannya. Mereka mengangkat bendera yang mereka atas namakan dengan bendera islam, mereka merusak tempat-tempat umum, menghancurkan tempat-tempat maksiat, membakar pusat-pusat perjudian akan tetapi mereka lupa terhadap kewajiban terbesar yang harus mereka tegakkan yaitu menegakkan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan, perkara yang paling penting yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan. Sehingga dengan perbuatan mereka tersebut akan menimbulkan banyak sekali kemadhorotan dan kerusakan, seperti keamanan terganggu, ketentraman tersia-siakan, kedamaian berkurang serta manusia menganggap bahwa kaum muslimin adalah golongan keras tidak memiliki kasih sayang.
            Wahai kaum muslimin! Perhatikanlah perkara penting ini, yaitu tingkatan dalam menerapkan ingkarul munkar, karena barangsiapa menyelisihi jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya maka ia akan terperosok ke dalam kekeliruan dan kesalahan. Maka camkanlah tingkatan yang sangat penting ini.

0 komentar:

Posting Komentar